Skip to main content

Posts

Catatan Akhir Tahun: Refleksi Akhir dan Mula

ilustrasi Seperti layaknya kata-kata bijak. Setiap perjumpaan, pasti akan menjumpai akhir dari perjumpaan itu sendiri; sebuah perpisahan. Ada mula ada akhir. Ada pangkal ada ujung. Ada hulu ada hilir. Ada hidup ada mati.  Hari ini, 31 Desember 2016, menjelang permulaan malam. Malam terkahir di tahun ini. Saat banyak orang mulai menyiapkan acara perayaan akhir tahunnya. Saat petasan mulai terdengar dar-der-dor nya. Saat kembang api mulai memercik indah di langit memerah yang tampak akan cerah.  Sekedar menggali makna: Buat yang meniup terompet, ingat-ingat juga kalau suatu saat ada malaikat yang bakal niup terompet. Siap-siap. Karena kalo udah ditiup dan kita belum siap, bakal kelar hidup elo. Buat yang malam ini bunyiin telolet, ingat-ingat juga kalo telolet itu asalnya buat ngasih tanda. Sebagai sesama pengendara di jalan raya. Jadi jangan lupa kalo hidup ini juga banyak dikasih tanda ama Allah, agar kita bisa berkendara dengan baik. Buat ya

Pada: setangkai senja

photo by: @swim Pada: setangkai senja; di pucuk langit yang menjurai jingga,  memetik selaksa tanya di pangkuan malam. apa kau hanya tirai warna; tentang waktu yang sebatas pintas. ataukah sebuah penanda; yang memanggil para kembara di tapal batas. kubisikkan:  mari bersiap; segera beranjak. untuk: menjumpa wajah-Nya;  dalam rindu paling deru. dalam labuh paling teduh. atau:  menerima karma;  dalam derita paling bara.  dalam dera paling lara.

Hidup Yang Kamu Keluhkan, Seringkali Adalah Hidup Yang Orang Lain Rindukan

** bagian satu : dua sisi Tak semua kita diberi kesempatan memiliki; apa-apa yang dimiliki orang lain. Paling tidak untuk saat ini. Banyak orang memilih memandang ke kejauhan; melewati dinding pembatas kesyukuran. Mengingatkan tentang ungkapan, "Rumput tetangga memang selalu tampak lebih hijau". Hingga abai dengan apa yang ada dalam genggaman, lupa; bahkan denyut nadi yang berdetak sangat dekat. Sebuah nikmat yang selalu lekat. Lihatlah, Anak TK pengen cepat-cepat masuk SD. Anak SMP buru-buru pengen segera SMA. Anak SMA iri dengan anak kuliahan yang bisa pake baju bebas. Padahal anak kuliahan sendiri sering bilang, "Enakan jaman TK ama SD ya, yang masalah hidup itu cuma sekedar kalo gak dikasih uang jajan". Di banyak cerita lain, Saat kuliah berlari-lari mengejar kelulusan, Sesudah lulus tertunduk lesu mengeluhkan susahnya mencari pekerjaan. Lalu apa setelah mendapat pekerjaan? Seringkali masih membanding-band

Di Balik 410

Pembuka Nilai 410, dalam tes CPNS, adalah sesuatu yang sangat luar biasa buat saya. Malah bisa dibilang keajaiban. Sebuah mukjizat, dalam arti sederhananya. Dan jujur, saya sendiri tidak pernah membayangkan bisa mendapatkan nilai sebesar itu. Karena saat mendengar teman-teman ada yang mendapat nilai 370-an saja saya sudah merinding, "Wah, gede banget ya..", batin saya. ** Sebenernya, entah kali ke berapa, saya menolak secara halus permintaan keluarga untuk mendaftar tes CPNS. Permintaan yang seringkali membuat saya bersitegang dengan pendirian, bekerja tak harus menjadi PNS, kan? Secara pribadi, saya berpendapat bekerja bisa dimana saja, asalkan baik dan bermafaat untuk banyak orang. Salah satu alasan yang membuat saya begitu nyaman bekerja di lembaga pendidikan non-formal, sebuah Bimbingan Belajar. Di antara teman-teman lainnya, mungkin saya juga yang paling kalem saat hampir setiap tahunnya heboh tes CPNS. Tapi, untuk kali ini, saya tak kuasa lagi