Sepasang Kaos Kaki Yang Malu-Malu.
Aku terpaku dan termangu, menatap sepasang kaos kaki yang malu-malu itu. Ah, apakah bisa disebut sepasang jika ia tak sama, tak serupa, tak senada?
Ingin terbahak rasanya saat menyadari keanehan yang terjadi di dalam celana panjang ini. Tapi kutahan untuk menertawakan diri sendiri. "Sabar, ini ujian!" :D
Langsung aku berdiri. Saat sebelumnya sedang asyik duduk menunggu apel pagi bersama rekan sekantor. Entah ada yang melihat atau tidak, aku pura-pura tidak terjadi apa-apa. Haha.
Setiap langkah menjadi sangat berhati-hati. Benar-benar dihitung. Celana dasar hitam abu-abu yang agak panjang ini lumayan membantu. Menutupi rasa malu yang lucu.
Entah bagaimana ceritanya pagi tadi bisa menyambar sepasang kaos kaki berbeda. Mungkin buru-buru, atau mungkin gagal fokus. *ada KUA? #ehh Ada *qua?
Satu abu-abu, satu coklat bergaris putih dan merah. Seputih wajahku yang sekelebat memucat. Semerah mukaku yang merona malu. Mimik mana yang aku tampakkan tadi? Ah, aku tidak tahu :D
Tapi aku jadi belajar tentang rasa malu ini. Tentang sesuatu yang salah. Tentang sesuatu yang tak ingin orang lain tahu. Tentang arti kekurangan. Sesuatu yang menjadi rahasia kita dan Tuhan.
Seperti sebuah nasehat. "Kita terlihat baik bukan karena kita benar-benar baik. Tapi karena Tuhan tidak menampakkan aib dan kesalahan kita di mata orang lain."
Jika dosa memberikan noda hitam di wajah, atau membalurkan bau tak sedap di sekujur tubuhmu, tentu tak ada manusia yang mau melakukannya. Tak ada juga manusia yang sengaja mengerjakannya.
Karena dosa, kesalahan, aib, adalah sesuatu yang pasti kita jaga dan tutupi selalu. Sebaik mungkin. Serapi mungkin. Sedalam mungkin. Jika bisa, hanya Tuhan dan kita saja yang tahu.
Terima kasih untuk sepasang kaos kaki yang malu-malu itu. Tempatku belajar tentang rahasia yang harus dijaga. Tentang malu yang tak semua orang perlu tahu. Tentang diri yang sejujurnya penuh aib ini. :')
.
.
04/01/2018
Comments
Post a Comment