Skip to main content

“Dunia Terbalik” Sapardi Djoko Damono dalam Kumpulan Cerita “Pada Suatu Hari Nanti”

Kumpulan Cerita "Pada Suatu Hari Nanti dan Malam Wabah" Sapardi Djoko Damono
Kumpulan Cerita "Pada Suatu Hari Nanti" Sapardi Djoko Damono
Sebuah Resensi: “Dunia Terbalik” Sapardi Djoko Damono dalam Kumpulan Cerita “Pada Suatu Hari Nanti”


IDENTITAS BUKU

Judul Buku
Pada Suatu Hari Nanti - Kumpulan Cerita

Penulis
Sapardi Djoko Damono

Penerbit
Penerbit Bentang Pustaka

Cetakan
Pertama, Juni 2013

Tebal
x + 94 halaman

Genre
Fiksi

Harga
Rp.49.000,-

PENULIS
Sapardi Djoko Damono, atau yang sering dijuluki SDD, lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Sapardi adalah penyair terkemuka Indonesia yang telah menerima banyak penghargaan, seperti Anugerah S.E.A Write Award (1986) dan Penghargaan Achmad Bakrie (2003). Sapardi juga menerima Penghargaan Akademi Jakarta untuk pencapaian di bidang kesusasteraan pada 2012. Salah satu buku yang suda banyak dikenal adalah kumpulan puisi Hujan Bulan Juni (1994). Selain menulisi puisi, Sapardi juga menulis cerita pendek, esai, kolom dan artikel di surat kabar, serta menerjemahkan berbagai karya asing. Ia juga pernah menjadi redaktur majalah Horison, Basis, dan Kalam.

SINOPSIS
Buku Kumpulan Cerita ini terdiri dari dua bagian, yang dibuatkan dua sisi cover yang berbeda. Satu, “Pada Suatu Hari Nanti” dan satunya lagi, “Malam Wabah”. Desainnya dibuat unik dengan teknik “Side A dan Side B” sehingga bisa dibaca dari bagian depan dan belakang. Cover buku ini juga menarik, dirancang dengan gambar lukisan abstrak dibubuhi tulisan judul dengan huruf timbul yang lembut. Dalam kumpulan cerita ini masing-masing terdiri dari beberapa judul yang mengisahkan banyak sisi kehidupan dengan pesan-pesan maknanya. 

Dan ide yang sangat mencuri perhatian adalah ketika Sapardi Djoko Damono menggubah cerita-cerita rakyat atau fabel yang sudah sangat familiar dengan kita karena sudah dituturkan ulang dari generasi ke generasi, menjadi sisi “dunia terbalik” (mengutip judul sebuah serial televisi yang sedang hits) dengan mencampurkan gagasan-gagasan baru di akhir cerita, sehingga isi cerita bisa berakhir dengan keterbalikan atas pakem yang sudah lekat kita terima dalam benak kita. 

ISI BUKU
Isi buku yang akan diulas dalam resensi ini adalah pada sisi kumpulan “Pada Suatu Hari Nanti” yang terdiri dari 9 buah cerita. Cerita yang ditulis ini sudah sangat dikenal oleh orang ramai dengan pakem yang sudah baku. Misal, kita pasti tahu bagaimana kisah akhir dari cerita Rama dan Shinta, bahwa setelah melalui jalan yang panjang dan berliku, akhirnya Rama dan Shinta hidup bersama dengan bahagia.

Tapi, dengan "keterbalikan" yang dibuat oleh SDD, cerita ini dipelintir dengan penuh satir, bahwa akhirnya Shinta lebih memilih Rahwana dikarenakan perkataan Rama sendiri sebagai sosok baik yang selalu mengabulkan pinta dari mereka yang meminta. Dan Rama pun hanya bisa menatap getir belahan jiwanya pergi bersama musuh bebuyutannya yang selalu penuh tipu muslihat itu.

Atau pada kisah si Kancil yang merupakan dongeng wajib anak-anak jaman dulu (kalau jaman now ini, kurang tahu juga ya apakah para orang tua masih mendongengkan si Kancil untuk anak-anaknya). Dengan menyebut bahwa cerita dari “Juru Dongeng” sudah diketahui oleh masing-masing tokoh yang ada, kita jadi merasakan kelucuan tersendiri. 

Bagaimana tidak, saat para tokoh sudah tahu jalan takdir yang akan menimpa, dan membuat si Kancil yang ingin melewat "skenario baku"-nya dengan tipu daya khasnya sebagai binatang yang cerdik, tetapi di sisi yang berbeda, ternyata, para tokoh yang awalnya bisa kita tipu dalam alur pakemnya, menjadi tahu bagaimana isi cerita itu. Hingga jadilah si Kancil tidak bisa lagi mengelabui si Buaya, juga tak berdaya untuk membodohi si Kurap, anjing penjaga milik Pak Tani yang menangkap si Kancil.

KELEBIHAN
Buku “Pada Suatu Hari Nanti”  Sapardi Djoko Damono ini menawarkan ide baru dari sebuah teknik bercerita yang saya sebut “dunia terbalik”, mengutip sebuah serial televisi. Dalam kisah yang sama, sesungguhnya kita bisa membuat suatu pembeda. “Juru Dongeng”, istilah yang digunakan dalam buku ini untuk menyebut pembuat cerita-cerita rakyat yang melegenda, telah membuat pakem dalam sebuah cerita. Tetapi apa daya jika semua tokoh telah tahu alur ceritanya. Kita jadi ikut menebak, bahkan bisa saja membuat ending cerita berbeda sama sekali dari yang sudah seringkali dinikmati oleh pembaca. Kelebihan lain dari buku ini juga ditunjang dengan desain cover yang baik serta teknik peletakan dua sisi judul cover dalam ide “Side A dan Side B” yang unik.

KEKURANGAN
Cukup sulit menemukan kekurangan dalam tulisan seorang Sapardi Djoko Damono yang telah melegenda dengan kepiawaiannya menampar perasaan dengan tulisan yang tampak datar tapi mampu membuat nurani ini bergetar. Hanya sisi pemilihan satu dua diksi yang mungkin berbeda selera dengan saya sebagai pembaca, yang saya anggap cukup vulgar, semisal pada cerita “Dongeng Rama-Sita”. Juga dalam beberapa ending cerita yang kadang terasa menggantung dan tak memuaskan keingintahuan yang dengan akhir yang pasti. Meski dalam sebuah karya, "ketidakjelasan" akhir dari sebuah cerita seringkali menjadi misteri tersendiri yang memang disembunyikan oleh penulisnya.

SARAN
Buku ini layak dibaca sebagai bahan pengayaan makna sebuah cerita. Meski kumpulan cerita “Pada Suatu Hari Nanti” Sapardi Djoko Damono ini tak sedalam makna “Hujan Bulan Juni” yang melegenda itu, tetap saja Sapardi Djoko Damono mampu menghadirkan sihir kata-katanya yang membuat pikiran berkaca tentang penggalan makna hidup yang penuh sisi. Jadi, nikmatilah kejutan yang berbeda dalam cerita yang sudah kuat membenak dalam pikiran kita. 

Comments

Popular posts from this blog

Degan Bakar : Hangat dan Penuh Khasiat

Degan Bakar | Dokumentasi Pribadi Well , ini postingan pertama saya setelah sekian lama tak mengunjungi blog ini. Blog yang niat awalnya dibuat agar rajin nulis. Eh ternyata istiqomah itu emang gak gampang. Sedikit curhat yaa.. Hee.  Btw , sekarang saya lagi ikutan kelas Ngeblog Seru yang dikelola Mbak Naqi, salah satu founder Tapis Blogger. Di kelas ini, kita dapet materi dasar tentang ngeblog, juga sharing ilmu dari peserta lainnya. Oya, kelas ini memakai WhatsApp Group (WAG) sebagaimana kelas-kelas materi online yang sekarang lagi ngetren.  Nah, kami diberi tugas pertama untuk membuat artikel bertemakan kuliner. "Boleh apa saja, nanti akan di-review," ujar Mbak Naqi sebagai mentor kami. Akhirnya, setelah membuat beberapa alternatif ide, saya pilih degan bakar sebagai sajian spesial.  Sepulang kerja sore ini, saya bergegas menuju lokasi. Tempatnya tepat di samping kiri Chandra Kemiling.  Cusss.. Alhamdulillah, warungnya buka. Asap putih mengepul dari te