Skip to main content

Anak-anak Danau Ranau

Anak-anak Danau Ranau | Dokumentasi Pribadi

Untuk kali kedua, menjejakkan kaki di sini, menghirup segar udara pegunungannya, menikmati setiap kelokannya, merasakan keindahan ciptaan-Nya.

Dulu, berkesempatan memotret panorama Danau Ranau dari sisi komplek Wisma Pusri, Sumatera Selatan. Kini, dipilihkan takdir berjumpa dari sisi seberangnya, Lumbok Seminung, Lampung Barat. Lengkaplah sudah. "Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"

Di sini, setidaknya ada dua pilihan tempat. Rumah makan dengan pemandangan bagan-bagan budi daya air tawar dengan background Danau Ranau dan pegunungannya, atau ke arah Resort Lumbok Seminung yang berjarak beberapa kilo meter lagi. Meski tak sempat melihat Danau Ranau dari pilihan kedua, rasanya sudah cukup dengan menikmati suasana Danau Ranau bersama ikan bakar segar hasil budi daya air tawar danau ini.
Bagan-bagan Ikan di Danau Ranau | Dokumentasi Pribadi

Budi daya Ikan Air Tawar di Danau Ranau | Dokumentasi Pribadi

Yap. Banyak bagan-bagan di sini. Menyaksikan dari dekat nuansa ekonomi masyarakat. Meniti jalan bambu bergoyang yang seolah tak mampu menahan berat saya yang melintas di atasnya, untuk melihat ikan-ikan yang berenang beraturan dari jarak dekat.

Di sela-sela itulah, ada sekumpulan anak-anak yang sedang bermain air bersama. Anak-anak asli kampung sini. Berenang dari pinggiran menuju sebatang bambu yang melintang.

Wajah yang polos, khas anak-anak di desa. Juga sepolos tingkah laku mereka yang tak sungkan bercengkerama tanpa sehelai benang terajut di badannya. Mereka bercanda, berkejaran di air yang jernih, berlomba berenang jarak pendek untuk unjuk kebolehan.

Ah, saya jadi ingat masa kecil. Meski tak mirip sama, kilasan itu membentuk ingatan yang tak jauh berbeda. Masa saat bermain air di bekas galian irigasi yang membentuk danau kecil. Di pelosok kampung yang baru dialiri listrik saat saya berusia kelas 6 SD.

Benak saya langsung berkelebat. Di tempat yang nun jauh dari kota ini, mimpi apa kira-kira yang ada dalam pikiran mereka? Cita-cita apa yang tersemat dalam, di dunia imajinasi mereka yang luas, di kampung yang kecil ini?

Saya menarik benang panjang ingatan masa kecil. Apa dulu yang saya pikirkan, saat masih sebagai anak kecil di kampung, yang mengaji dan belajarnya hanya ditemani lampu teplok atau "sentir" yang berbahan bakar minyak tanah?

Seingat saya cita-cita dulu hanya sebatas apa yang paling banyak dimiliki anak-anak dengan usia yang sama. Ingin jadi dokter, jadi insinyur, jadi polisi, atau ingin jadi pilot.

T-shirt Saat Acara "Ngobrol Bareng MPR RI dengan Netizens Lampung | Dokumentasi Pribadi

Kilasan ini mengingatkan saya pada acara "Ngobrol Bareng MPR RI dengan Netizens Lampung" yang dihadiri langsung Ketua MPR RI kita, Bapak Zulkifli Hasan, lengkapnya Dr. (HC). H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M., atau akrab dipanggil Bang Zul.

Bang Zul, yang juga anak kampung, lahir di di dusun paling ujung di Kabupaten Lampung Selatan. Tepatnya di Desa Pisang. "Jika kalian ke Kalianda, terus sampai ujung. Nah, disituah Desa Pisang'" ujarnya waktu itu. Bapaknya seorang petani. Tapi bapaknya selalu berpesan, agar anaknya sekolah. Sekolah dan sekolah.

Dan begitulah akhirnya pendidikan mengangkat derajat seseorang. Bukan, bukan berarti mereka yang tak sekolah rendah derajatnya. Begitu banyak dari mereka yang tak sekolah memiki derajat tinggi dengan jalannya sendiri.

Tapi sekolah membuat seseorang mengenal ilmu. Mengenal banyak keahlian. Apalagi untuk mereka yang harus merantau nun jauh ke kota, karena di kampungnya tak cukup memadai untuk mengejar pendidikan yang tinggi. Mereka jadi mengenal banyak teman. Mengerti banyak adat istiadat. Bertukar pengalaman. Mengenal dunia yang tak berbatas.

Dengannya banyak hal akan terbuka. Cakrawala berpikir semakin luas. Bertemu hal-hal baru yang selalu berubah setiap harinya. Belajar atas kegagalan, mencoba setiap kesempatan, menikmati proses perjalanan yang panjang dan berliku tajam.

Hingga pada akhirnya, bersua pada kesuksesan masing-masing yang sudah menjadi takdir hidupnya. Menjadi apapun, sebagai apapun, dimanapun. Memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain.

Untuk setiap anak-anak negeri ini, yang kelak mewarisi dan menjadi penerus bangsa besar ini. Semoga pendidikan yang baik selalu menjadi hak kalian. Hingga bangsa ini maju dan sejajar dengan bangsa lainnya.

--
Danau Ranau, Seminung Lumbok, Lampung Barat.
24/11/2017

Comments

  1. mantap. masih ingat ya pelajaran dari Pak Zulkifli Hasan??
    dalam rangka apa mas di Lampung Barat??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hee. Iya Mas. Sudah banyak orang asli Lampung yang mentas di panggung nasional, salah satunya Bapak Ketua MPR RI kita itu mas.

      Delete
  2. keindahan danau ranau memang luar biasa. pertama kali aku menjejakkan kaki ke danau sungguh sangat menakjubkan..
    mantap ulasannya bang arif :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Degan Bakar : Hangat dan Penuh Khasiat

Degan Bakar | Dokumentasi Pribadi Well , ini postingan pertama saya setelah sekian lama tak mengunjungi blog ini. Blog yang niat awalnya dibuat agar rajin nulis. Eh ternyata istiqomah itu emang gak gampang. Sedikit curhat yaa.. Hee.  Btw , sekarang saya lagi ikutan kelas Ngeblog Seru yang dikelola Mbak Naqi, salah satu founder Tapis Blogger. Di kelas ini, kita dapet materi dasar tentang ngeblog, juga sharing ilmu dari peserta lainnya. Oya, kelas ini memakai WhatsApp Group (WAG) sebagaimana kelas-kelas materi online yang sekarang lagi ngetren.  Nah, kami diberi tugas pertama untuk membuat artikel bertemakan kuliner. "Boleh apa saja, nanti akan di-review," ujar Mbak Naqi sebagai mentor kami. Akhirnya, setelah membuat beberapa alternatif ide, saya pilih degan bakar sebagai sajian spesial.  Sepulang kerja sore ini, saya bergegas menuju lokasi. Tempatnya tepat di samping kiri Chandra Kemiling.  Cusss.. Alhamdulillah, warungnya buka. Asap putih mengepul dari te