Skip to main content

Idul Fitri di Masa Pandemi: Sebuah Catatan Menyambut Lebaran Tahun 2020


Idul Fitri di Masa Pandemi

Idul Fitri di Masa Pandemi: Sebuah Catatan Menyambut Lebaran Tahun 2020

Tentunya akan ada yang berbeda pada Idul Fitri 2020 ini. Tahun ini menjadi tahun yang ditahbiskan penuh dengan perenungan: kehilangan, keikhlasan, kesabaran, dan juga menyisipkan pesan semangat untuk bangkit. Pandemi covid-19 yang mulanya hanya dianggap sebelah mata oleh banyak kalangan, kini menjadi bencana yang telah merengut ratusan ribu jiwa, termasuk di Indonesia.

Kasus corona yang pertama kali diumumkan di awal bulan Maret, kini sudah mencapai lebih dari 20.000 pasien positif dan tak kurang dari 1000 nyawa telah direnggut, termasuk diantaranya para petugas medis. Bencana yang tak kalah menyedihkan adalah mulai hilangnya kepercayaan antar elemen bangsa ini. Tagar #IndonesiaTerserah yang trending beberapa waktu terakhir ini menjadi salah satu pertandanya.

Betapa tidak, di saat sebagian masyarakat menahan diri berbulan lamanya untuk #StayAtHome, shalat Jumat dan Tarawih di rumah, tiba-tiba muncul berbagai gambar dan video yang memperlihatkan kerumunan massa yang tak terkendali: farewell party McD Sarinah, tumpukan penumpang di bandara dan pelabuhan, berjubelnya warga yang berbelanja di pasar dan mall, hingga yang turut dikritik, konser sebuah lembaga negara yang entah memakai protokol kesehatan apa. Seolah tak ada lagi PSBB, tak perlu lagi karantina diri.

Masyarakat banyak yang sebelumnya sudah memperdebatkan (mungkin bisa dibaca memarodikan istilah mudik dan pulang kampung), kini semakin tersiram emosinya dengan paduan fragmen di atas. Sedih, prihatin, merasa terkhianati, hingga masa bodoh. Lagu rap Terserah yang dinyanyikan oleh Willy Winarko, seolah mewakili protes sosial banyak warga negara yang jengkel dan marah atas ketidakjelasan arah penangan pandemi virus ini. Tayangan yang menampilkan berbagai kutipan berita dan video itu dengan cepatnya booming dan viral di berbagai lini media. Memberi sebuah petanda, ada luka yang kian terbuka.

Dan sebentar lagi, akan datang hari yang fitri. Tempat kita biasa berbagi maaf dari ketulusan hati. Momen suci untuk saling berkunjung dan bersilaturahmi. Memeluk cium anak istri, keluarga, juga kedua orang tua. Saling berjabatan erat dengan tetangga dan juga sahabat. Tapi mungkin akan ada yang tak lagi sama. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Lebaran tahun 2020 ini, atau 1441 H, akan menjadi lebaran pertama di tengah masa pandemi, yang tentunya, berbeda pula cara menjalankannya.

Jauh-jauh hari himbauan bahkan larangan untuk tidak melaksanakan shalat Idul Fitri secara berjamaah yang seperti biasanya dilakukan, sudah digaungkan. Pemerintah, pemuka agama, sepakat akan hal ini. Meski perbedaan zona tingkat keterparahan dari virus ini mungkin akan menjadi pembeda dalam penerapannya di lapangan. Tapi intinya, masih banyak yang menyarankan untuk tetap berjihad dengan isolasi mandiri dengan menghindari sebisa mungkin kumpulan massa, termasuk dalam hal ini adalah shalat Idul Fitri berjamaah itu sendiri.

Mungkin silaturahmi juga tak lagi ramai seperti biasanya. Ada yang akan menahan diri untuk mengurangi perjumpaan secara langsung. Media sosial, layanan video call, sepertinya akan menjadi alternatif paling dicari untuk tetap menjaga nuansa Idul Fitri ini agar tetap ada dan tak benar-benar pergi. Semua harus benar-benar bersiap untuk sesuatu yang baru. Bukan baju atau sandal baru seperti yang biasanya kita beli, tapi tata cara kita menjalani lebaran dan hari-hari setelahnya yang tidak seperti tidak seperti tahun-tahun lalu.

Semoga keadaan ini akan segera membaik. Dan kita dapat kembali seperti dulu, beraktivitas tanpa ketakutan yang mengganggu. Tentu, harus ada hal-hal yang kita ubah. Karena pandemi ini juga memberikan hikmah tentang banyak hal yang sebelumnya belum kita rasakan. Setelah usai, kita berharap agar banyak hal yang lebih baik yang dapat kita lakukan. Dalam menjaga kesehatan secara pribadi, kesiapan sistem kesehatan yang dimiliki negara, kemandirian dalam banyak hal, juga kemampuan kita untuk terus merajut ukhuwah dan persatuan bangsa.

Selamat tinggal Ramadhan yang penuh pelajaran. Selamat datang Idul Fitri yang menggetarkan. Mari saling memaafkan. Dari lubuk hari yang terdalam. Lalu bersama kita bangun negeri yang sama-sama kita cinta ini.

Dari negeri tempat mekarnya bunga Sakura,
Shiga, 23 Mei 2020

Comments

Popular posts from this blog

Degan Bakar : Hangat dan Penuh Khasiat

Degan Bakar | Dokumentasi Pribadi Well , ini postingan pertama saya setelah sekian lama tak mengunjungi blog ini. Blog yang niat awalnya dibuat agar rajin nulis. Eh ternyata istiqomah itu emang gak gampang. Sedikit curhat yaa.. Hee.  Btw , sekarang saya lagi ikutan kelas Ngeblog Seru yang dikelola Mbak Naqi, salah satu founder Tapis Blogger. Di kelas ini, kita dapet materi dasar tentang ngeblog, juga sharing ilmu dari peserta lainnya. Oya, kelas ini memakai WhatsApp Group (WAG) sebagaimana kelas-kelas materi online yang sekarang lagi ngetren.  Nah, kami diberi tugas pertama untuk membuat artikel bertemakan kuliner. "Boleh apa saja, nanti akan di-review," ujar Mbak Naqi sebagai mentor kami. Akhirnya, setelah membuat beberapa alternatif ide, saya pilih degan bakar sebagai sajian spesial.  Sepulang kerja sore ini, saya bergegas menuju lokasi. Tempatnya tepat di samping kiri Chandra Kemiling.  Cusss.. Alhamdulillah, warungnya buka. Asap putih mengepul dari te