Entah kali keberapa saya berpikir. Mengapa perlu menulis. Pentingkah menulis. Apa manfaatnya. Kadang, susah menjawab pertanyaan sendiri. Tapi mungkin bisa dibantu dengan jawaban orang lain. Dari apa yang saya dengar atau baca.
Sebagian orang bilang. Menulis bukan saja aktivitas merangkai
kata menjadi kumpulan kalimat. Hingga kemudian bisa dibaca. Bagi sebagian orang,
menulis adalah cara berdialog dengan diri. Menemukan sisi hati yang
kadang berbeda.
Sebagian menjadikan tulisan sebagai pelepas beban hidup. Seperti menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan kuat-kuat. Ada kelegaan yang luas di rongga
dada ini.
Sebagiannya lagi bilang, menulis adalah cara untuk bercerita.
Menumpahkan kesah, menuangkan sedih bahkan menumpahkan air mata. Dan mereka bilang,
dengan itu aku mengerti tentang hidupku sendiri.
Sebagian yang lain mengatakan, menulis untuk menyampaikan gagasan,
ide, tentang tema-tema yang bermanfaat bagi kemajuan bersama.
Sebagian bilang menulis adalah cara mewariskan sejarah.
Kisah heroik dari masa kebangkitan hingga kejayaan, ditutup dengan cerita pilu saat keruntuhan.
Hingga setiap anak-anak yang terlahir mengerti siapa Soedirman, Soekarno, Hatta, Bung Tomo. Atau bahkan kisah kolosal era kerajaan. Diponegoro, Pattimura, Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, Gajah Mada, Sriwijaya.
Hingga setiap anak-anak yang terlahir mengerti siapa Soedirman, Soekarno, Hatta, Bung Tomo. Atau bahkan kisah kolosal era kerajaan. Diponegoro, Pattimura, Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, Gajah Mada, Sriwijaya.
Dan bagi saya, menulis adalah tradisi yang harus dimulai. Tradisi
belajar. Belajar mengungkap pendapat. Belajar menyesap pesan kehidupan.
Belajar menangkap petikan makna. Tradisi belajar yang juga harus diikuti dengan
tradisi membaca. Membaca secara tekstual juga potret kehidupan yang seringkali
luput oleh kita.
Lalu apa yang harus saya tulis?
Maka saya menulis apa saja. Dimana saja. Kadang inspirasi itu datang
begitu saja. Kadang juga susah menangkapnya. Pernah menulis tentang sebuah
kegiatan. Baik saat dulu bersama FKAR atau Hafara.
‘Our Chirpstory : di ujung letih yang menyimpul senyum:) | lengkung senyum diujung pelangi’, ‘Isra Miraj, Ciwidey dan sebuah Inspirasi’, serta ‘Pecel, Tempe Mendoan dan Toga Wisuda’, adalah beberapa tulisan yang pernah saya buat untuk Hafara.
‘Our Chirpstory : di ujung letih yang menyimpul senyum:) | lengkung senyum diujung pelangi’, ‘Isra Miraj, Ciwidey dan sebuah Inspirasi’, serta ‘Pecel, Tempe Mendoan dan Toga Wisuda’, adalah beberapa tulisan yang pernah saya buat untuk Hafara.
Kadang berpikir kalo nanti tulisan saya jelek dan ditertawai. Haha. :D Ini
bagian paling sentimentil. Bagi pribadi perasa, memunculkan tulisan adalah
salah satu keputusan besar. Banyak rasa. Malu, merasa tak perlu, ragu, nanti
tak bagus, aneh, lucu, jelek dan rasa-rasa lainnya.
Seperti slogan sebuah iklan yang selalu saya ingat sejak SMA, ‘kalo gak ada noda ya gak belajar’.. dan era kini dengan versi, ‘berani kotor itu baik’.
So, Menulis..Yuuukk!!!
siiippp.. ayoo menuliss
ReplyDeleteHhaa, terima kasih Broo.. udah jadi orang pertama yang kasih komen di blog ini.. senengnyaa.. hee.. makasih makasihh..
Deleteiya nie, ayooo menuliss.. saya masih belajar nihh
K uud tulisannya bagus, lanjutkan
ReplyDeleteTerima kasih..iya insya Allah
DeleteKang Arif, lanjutkeun.
ReplyDeleteHehe..ane juga insyaAllah ikutan menulis, sekali2 kunjungi juga kang blog ane ya di benisumarlin.com
Salam ukhuwah dr Bengkulu, rindu weh balik ke lampung. :)
Waahh, oke siap mas Beni, ane newbie nih hee. Bisa share ilmu nanti yaa :)
DeleteHohoo, kapan-kapan maen lagi mas ke Lampung.