Jodoh.
Seperti orang bilang,
Kalau jodoh emang gak kemana.
Karena kalo kemana-mana ya artinya bukan jodoh. Apalagi kalau,
Kemana kemana kemana ku harus mencari kemana | Kekasih tercinta tak tau rimbanya
Itu mah alamat palsu-nya si Ayu Ting Ting yang lagi di unfollow Luna Maya.
Jodoh.
Kalau jodoh emang gak kemana.
Walau ke ujung dunia | Pasti akan kunanti
Walau ke tujuh samudera | Pasti ku kan menunggu
Ini ala-ala Chrisye.
Jodoh.
Kalau jodoh emang gak kemana.
Seperti dua sahabat baik saya ini.
Tak perlu ke ujung dunia | Tak mesti ke tujuh samudera.
Dia ada, di pelupuk mata.
Hanya sepelemparan bola kertas, seperti yang biasa kita mainkan kala SMA.
Saat jam pelajaran kosong.
**
Pembuka : dua sahabat
Di sebuah masjid sekolah. Seorang anak SMA, berseragam putih abu-abu. Pengurus Rohis, ketua bidang kaderisasi. Kulitnya putih, wajahnya rupawan.
Duduk bersila di depan saya. Berbincang. Seputar kegiatan Rohis, aktivitas sekolah, juga cerita sehari-hari. Saya adalah alumni SMA favorit itu, juga pengurus TKS (Tim Kerja Dakwah Sekolah), bidang Pembinaan.
Lalu dia bercerita dengan wajah tertunduk. Tatapannya lurus, menembus jauh ke dalam hamparan sajadah tempat kami duduk. Sepotong kisah pilu. Menyayat hati. Mengurai air mata. Hingga membasahi pipi dan seragam putihnya.
Tak pernah terbayang dalam benak saya, anak Rohis yang lembut, kalem, ramah, penuh senyum, menyimpan duka mendalam. Duka yang ditutupinya rapi, dalam hati yang terkunci.
Itulah awal saya dekat dengan anak kecil ini. Sebagai kakak TKS yang membidangi pengurus kaderisasi, juga sosok 'kakak' di masa itu.
Bertahun kemudian. Di selasar masjid, komplek Islamic Centre. Seorang mahasiswa semester awal. Berkulit putih. Wajahnya rupawan. Duduk bersila di samping saya. Meminta waktu secara khusus. "Ada yang mau diobrolin, Kak", pesannya.
Lalu dia mulai bercerita. Sepotong kisah perjuangan hidup. Tentang kuliah, tentang kondisi keluarga, tentang tanggung jawab sebagai seorang kakak. Ya, dia harus berbagi banyak hal.
Untuk dirinya, kuliahnya, keluarganya, juga adik-adiknya yang masih berstatus pelajar. Menjaganya sebagai seorang kakak. Membantu peran Ayahnya membanting tulang agar adik-adiknya terus melanjutkan pendidikan dengan baik.
Sosok dalam dua kisah di atas, ada pada satu nama. Ya, Satria. Bukan Satria Madangkara. Bukan juga Satria Baja Hitam. Apalagi Satria Piningit. Hee.
Lengkapnya Muhammad Syatriadi. Dengan nama alias Satria Cordova. Dengan nama udara Said Alfaridzi. Dengan nama pena Satria Elang Fatih. Penyiar Televisi Republik Indonesia yang wajahnya mirip-mirip bintang pop reliji dunia, Maher Zein.
Penyuka jalan-jalan. Penikmat film lintas genre. Ciamik dalam membuat puisi. Pernah bersama aktif di kegiatan dakwah sekolah. Pendekar Aikido. Giat sebagai MC kondang, juga munsyid di berbagai acara.
**
Seorang perempuan muda, duduk di depan meja saya. Di kursi stainless berwarna hitam. Berjilbab rapi, bergamis lebar. Memenuhi undangan wawancara kerja.
Saya buka surat lamaran dalam amplop cokelat besar di atas meja, yang sudah saya baca di waktu sebelumnya. Wawancara kami mulai. Dari latar pendidikan, pengalaman, alasan ingin bergabung dan lainnya.
Perbincangan mengalir normal dan lancar. Sesuai harapan. Apalagi kami satu almamater SMA. Hingga sesekali saya selingi tema nostalgia sekolah untuk mencairkan suasana. Lalu sampailah di penghujung wawancara,
"Afwan Kak, tapi bener kan, pekerjaan ini memang ada?", tanya perempuan ini ragu.
(Saya kaget, lalu tersenyum tertahan)
"Ya iyalah ada, kalau gak ada masak ana rekrut karyawan?", jawab saya.
"Memang kenapa?", saya lanjutkan.
"Enggak kak, khawatir aja. Pekerjaan ini cuma buat bantu ana, yang sedang cari pekerjaan. Karena sesama alumni Rohis", jawabnya polos.
(Dan saya tersenyum)
"Justru sebenernya ana yang gak enak. Menawarkan salary yang memang bisanya baru sejumlah itu..", saya ambil jeda sejenak.
"Antum kan lulusan UNPAD. Dengah IPK cumlaude. Ana pahamlah, ekspektasi anak Smanda, sudah kuliah jauh-jauh di universitas favorit", sambung saya.
"Hee, enggak apa-apa Kak. Insya Allah cukup. Ana juga masih belajar", ungkapnya melegakan, mengakhiri sesi wawancara itu.
Lalu saya persilakan perempuan ini menempati meja di ujung jauh tempat saya duduk. Setelahnya, dia membuka tas ransel. Mengeluarkan kotak hitam besar dan tebal. Ternyata sebuah laptop.
Pasti ini laptop perjuangan, pikir saya, sambil menaksir generasi laptop itu. Lihat saja, bagian flip-nya saja dari kejauhan terlihat hampir potel. Hee.
Ya, sosok perempuan dalam kisah ini adalah Astrid. Bukan, bukan Astrid penembang "Tentang Rasa". Juga bukan Astrid presenter sekaligus selebritis nasional itu. Nama lengkapnya Astrid Yunitiasningrum, S.IP.
Penyuka ungu. Pecinta filosofi kopi. Penggemar drama Korea. Pengidola "Hujan Bulan Juni". Sosok yang kerap mengutip, "Tersenyumlah, pada dera apapun yang menimpa". Pemilik nama alias Astrid Tsabita, yang sering dimirip-miripkan dengan artis nasional, OSD-Oki Setiana Dewi.
**
Ah, dua sahabat ini yang memberikan cinderamata perpisahan, di hari-hari terakhir saya di Hafara sebagai rekan kerjanya. Satunya menghadiahi jersey Chelsea yang harganya tiga kali dari jersey grade ori yang biasa saya beli.
Satunya memberi perangkat penyimpan data yang saya tahu harganya buat saya menggeleng; bukan jumlah yang kecil.
Dan saya selalu meyakini, kebaikan akan selalu berbalas kebaikan. Besar maupun kecil. Akan selalu berlaku, Hal Jazaaul Ihsan Illa Ihsan; dalam samar saat kita berdoa, Jazakumullah khairan katsiran.
**
Bagian Satu : pertemuan dua jiwa
Jarum jam berdetik perlahan. Mengutip degup jantung yang berpacu. Berima dengan detak nadi. Saat ayat suci Al Quran terlantunkan merdu, dalam syahdu nan menyentuh di acara sakral ini; prosesi Ijab Qabul.
Kalam suci mengalun lembut,
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.."
Mengutip coretan instagram seorang teman, tergambarlah suasana,
"Di depan, mempelai laki-laki berpakaian krem lembut, berkopiah khas, sedang gemetar. Sesekali menunduk dikelilingi kerabat yang melingkar. Beberapa langkah ke belakang, sesosok wanita cantik juga sedang berdebar. Menanti tak sabar. Semirip kuncup yang menantikan mekar."
"Hingga saksi berucap "sah", lalu suasana pecah. Haru menyelimuti. Doa keberkahan terlangitkan tanpa henti. Ahh, frekuensi bahagia merambat ke seluruh ruangan.. menjalar samar ke hati-hati yang penuh binar, penuh getar"
Pagi itu, takdir kembali mempertemukan;
Dua insan. Dua jiwa. Dua pribadi. Dua keluarga. Dua kebaikan. Dua cinta. Dua penantian. Dua doa. Dua kesabaran.
Begitu indah. Begitu presesi pada koordinat yang telah ditulis-Nya. Tanpa bergeser sepersekian mili pun. Dalam sepenggal kata bernama jodoh; satu dari tiga misteri kehidupan paling tanda tanya; --rezeki, maut, jodoh.
Begitu indah. Begitu presesi pada koordinat yang telah ditulis-Nya. Tanpa bergeser sepersekian mili pun. Dalam sepenggal kata bernama jodoh; satu dari tiga misteri kehidupan paling tanda tanya; --rezeki, maut, jodoh.
Acara belangsung khusyuk, bahkan terasa tegang. Lalu mencair selepas akad tergenapkan. Senyum menghias masing-masing wajah; sang mempelai, sanak keluarga, handai taulan, kerabat, tetangga, juga sahabat-sahabat dekat.
Lalu pengantin perempuan hadir berbalut keanggunannya, menemui kekasih halalnya. Duduk menyimpuh berdampingan, masih malu-malu dan sungkan. Hingga ramai memuncak saat penyerahan mahar, yang berlanjut pemasangan cincin perkawinan.
Apalagi saat sang mempelai mencium takzim punggung tangan lelaki pendamping hidupnya itu. Berfoto bersama dalam bahagia yang memancar dari dasar jiwa. Menunjukkan buku merah dan hijau milik masing-masing. Dalam kilatan lampu fotografer. Juga belasan kamera handphone yang memberondong tanpa jeda.
Lalu lucu saat mendengar dua karib mempelai pria di dekat pintu. Saat seorang Ibu-ibu panitia sibuk membagikan kue kotak dari dalam kardus bekas air mineral,
"Udah pada dapet belum?", tanya sang Ibu.
"Belum, aku belum. Belum dapet jodoh.. huaaa", jawab salah satu di antara mereka.
Ah, dua jiwa itu bertemu di sini. Sosok dua sahabat baik yang dahulu setiap harinya menemani saya menyelesaikan pekerjaan kantor. Juga cerita-cerita kebersamaan yang tak berkait rutinitas tugas. Bekerja sama dalam satu tim kecil. Mempersiapkan kelayakan standar akademik yang baik.
**
Bagian Dua : kabar gembira
Hari itu adalah hari bahagia seorang sahabat, Hevi Catur Rahayu. Sebagian kami hadir dan sebagiannya tidak, salah satunya adalah dua sahabat kami di atas, yang punya alasan sama; ada agenda penting, yang tak bisa ditinggal.
Dalam perjalanan menuju masjid Taqwa Metro seusai menghadiri pernikahan tersebut, seorang teman, sebut saja ms. Kepo, bertanya penuh delik. "Sapa sih, sapa sih. Katanya bentar lagi ada yang mau nyusul. Katanya deket orangnya ama guwe". Sambil sibuk mereka-reka, rekan-rekan yang belum menggenapkan separuh dien.
Saya sendiri yang memang belum tahu, menjawab dengan bercanda saja. Meramaikan dan menghangatkan suasana. Ya wong yang ditanya gak lebih tahu dari yang bertanya. Hee.
Hingga malam harinya, menjelang Isya, kabar gembira yang heboh itu mampir. Di grup perpesanan yang isinya hanya empat sekawan.
[20/11 19:04] Satriadi Cordova:
Malam kk kk ketjeh
Ada info seru neeh
Mau tau?
Bismillah..
Jangan pada heboh yaaa
Baru grup ini yg di-launching
Grup2 lain belum
Selamat sholat isya
(lalu ter-posting-lah empat pics yang berisi undangan kedua mempelai)
Huaaa.. dan seisi grup pun hebooohhhh..!!!
[20/11 19:29] Donni Kis:
Wha... Barakallaah kakak...
Seneng beud dengernya
Alhamdulillah. Ada kawan yang jodohnya pernah se-lembaga.
Hehehe
[20/11 19:32] Arif Budiman:
WOOOWWWW!!!
Tiga kebahagiaan menyatu hari ini
Barakallah kak Sattt!!
Kemaren ketemu masih diem2 aja lhooo
Pantesan hari ini pada gak tempat mbak Hevi; alasan ada acara penting
Ciee Kak Kis dapet temen
[20/11 19:51] Syofian Hadi:
Wwwooouuuuuuu
Gue baru bukaaa hapeeee
Seneng bangeeeet
Ya Allaaaah..
Mbak Aciiid..
Sumpah heboh sejagad guuweee
Barakallaah..
Tadi ada tamuuuu
Gimana cerita nya ini Saaat..?
(dan beginilah kalo calon mempelainya hobi belanja online)
[20/11 19:56] Satriadi Cordova:
Yaa lewat MR lah
Tuker proposal
Click
Ketemuan
Deal!
[20/11 19:56] Syofian Hadi:
Cerita bertemunya cinta ini..
Bak Fatimah dan Ali r.a
Masya Allah.
Indah nian kisah nyooooo
[20/11 19:59] Satriadi Cordova:
Beneran dah..
Ga pernah terbesit sedikit pun
Selama ini interaksi pun sebatas sebagai sesama karyawan
Kaget jg sih ketika dpt tawaran proposal itu
Dan ternyata ceritapun berlanjut
[20/11 20:00] Syofian Hadi:
Kalo kata Dory: Destiny
Takdir kaaak
Hah! dan ini belum menghitung kehebohan di grup induk, Hafara Family, esok harinya, yang begitu ramai dengan celotehan, ucapan selamat, sorak-sorai. Kabar heboh sejagad yang membuat semesta Hafara penuh doa, berlangitkan bahagia, berpelangikan cinta.
Jalan-jalan ke Majalengka
Beli semangka pake gerobak
Sungguh tak kuduga tak kusangka
Berita bahagianya cetar menggebrak
Jalan-jalan ke Hafara
Ketemu mas Indra yang lagi nyapu
Buat teh Astrid dan kak Satria
Semoga kelak samara selalu
**
Bagian Tiga : merayakan cinta bersama
Menjelang resepsi, gerimis turun. Langit riang bersenandung bersama mendung, melantunkan bahagia dalam rinai yang merintik lembut. Membuka keberkahan langit. Memberikan kesempatan bagi tangan tengadah dalam waktu doa yang terkabul.
Ah, Hujan,
Seperti kata orang-orang perindu,
Kamu tau hal paling romantis dari hujan?
Ia tetap kembali, meski tahu harus jatuh berkali-kali.
Mungkin begitu pulalah seharusnya; persahabatan, kebersamaan, juga yang spesial hari ini menyongsong hidup baru --dalam mengayuh biduk cinta bernama keluarga.
Tak semua sempurna. Tak semua akan menyenangkan. Tak semua seiring harapan. Tak semua seputih kapas. Tak semua setulus sepatu. Tak semua sesejuk embun. Tak semua sesetia merpati.
Selalu ada yang kurang. Selalu akan menyisakan kecewa. Selalu hadir rasa kesal. Selalu muncul saat-saat terabaikan. Juga ada kalanya ruang pengap menghinggap.
Justru dengan itulah kita tahu satu hal;
Meski tahu akan berkali-kali jatuh,
ada satu tempat yang selalu memiliki alasan untuk kembali.
Ia bisa;
sahabat, keluarga, pasanganmu.
Tempat ujian cinta tulus dihamparkan luas.
Tempat untaian kebersamaan membentang tanpa batas.
Tempat lelah susah membingkai mahligai menuju jannah-Nya.
Tempat memintal doa, merajut harapan, dalam lembaran taat dan keberkahan.
Pagi itu, dan juga seperti di banyak pagi yang sama,
Acara seperti ini bukan sekedar kondangan atau kepanitiaan saja buat kami.
Tapi rasanya mirip menyeruput secangkir kopi hangat, di permulaan pagi yang berselimut embun, atau menikmati segelas es krim yang lembut, merayakan cinta bersama para sahabat.
Bertemu, bercanda, tertawa, bersama, berbinar, berbagi riang, bahagia.
Menikmati setiap menit kebersamaannya, merekam dalam setiap detil peristiwanya. Sederhana tapi kaya rasa. Penggalan-penggalan tapi penuh makna. Lucu yang menyegarkan, haru yang menggugah, juga bahagia yang terkenang.
Seperti heboh Titis yang ketinggalan poto bareng di awal persiapan resepsi itu, atau saat tak sengaja menangkap basah mata seorang teman yang sembab memerah, seusai berfoto bersama-sama mempelai di panggung pelaminan.
Asik saat liatin Oppa dan teman-teman panitia yang sibuk mondar mandir; mengatur kursi, menyambut dan mengantarkan undangan, menjaga pondokan, menunggui buku tamu, juga memindahkan kado-kado pernikahan --tanpa lelah.
Atau saat menyapa sebagian teman-teman dengan wajah baru yang belum familiar,
"Mamas ini sapa?", melihat seseorang yang belum saya kenal di samping mas Aji.
"Saya Irfan, Kak.."
(dalam pertanyaan yang sama di kumpulan kursi yang berbeda)
"Saya Hapin, Kak.."
"Kalo mbak ini?"
"Tika, Kak.."
Lalu tiba-tiba ada yang menginterupsi,
"Perkenalkan saya Shinta, Kak.."
"Saya Efril.."
Haishh, gak nanya :D
Juga saat godain Ias yang gak ikut poto bareng di sesi pertama,
"Ias sih gaulnya ama artis mulu, gak mau ama rakyat biasa.." hehe
Atau tetiba saat ge-er menggunung,
"Kak Uuuud.. aku tuh ngefans banget loh ama tulisan kak Uud. Nti kalo kak Uud buat buku aku jadi pembeli pertama yaa..", ujar Ias saat kami sedang ngumpul bersama teman-teman yang lain di dekat photo booth.
Haha. Sapa sih yang gak GR dipuji kayak gitu ama artis nasional idola kawula muda.. Wkwk
Juga selingan bercanda bersama teman-teman, yang sebagian besarnya tersemat bunga pita merah muda yang terasa sangat spesial. Saat sejenak melepas penat, dari tugas kepanitian yang menyibukkan diri kesana kemari.
Ada Oppa Jun, kak Vian, mas Kam, mas Indra, kak Gilang, Ias, Ofi, Putri, Shinta, Efril, Erma, Tika, Hapin, Selly, Bungsu, Tri, Susi, Ani, Desi, Alifa, kak Rion dan momi Rauf-nya, serta mbak Idra dan si kecil Ubay. Juga bertemu teman-teman lama; mbak El dan Ipin, Ve, ms. Hesti, Ismi, mbak Nani, kak Afrizal.
Pun mbak Ratih nun di kejauhan sana yang pengen banget bisa video call-an dengan sang mempelai. Tak ketinggalan berjumpa dengan pucuk pimpinan Hafara; mbak April dan si baby, kak Asis dan Istri, uda Rahman dan mbak Dewi, juga pak Gunadi dan ummi Evi.
**
Penutup : jodoh
Dalam terjemahan KBBI daring,
jodoh/jo·doh/ 1 (n) orang yang cocok menjadi suami atau istri; pasangan hidup; imbangan, 2 (n) sesuatu yang cocok sehingga menjadi sepasang; pasangan, 3 (a) cocok; tepat.
Maka menjadilah sepasang. Saling melengkapi. Saling menopang; ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Maka berusahalah saling mengimbangi. Saling menyejajarkan, hingga cocok satu dengan yang lainnya.
Maka;
Jika ia sepatu, ia ada di sisi kiri dan kanan, berjalan beriring tanpa rasa saling ingin mendahului. Melengkapi peran saling melindungi. Berima saat berjalan, hingga sampai ke tempat yang akan dijejaki.
Jika ia pedal (sepeda), ia ada di bagian atas dan bawah. Tak sungkan merendahkan hati dan rasa, tak ragu berada di posisi yang lebih tinggi untuk memberi arti. Karena dengannya, laju sepeda 'kan terjaga. Karena dengan geraknya, keseimbangan tercipta sempurna.
Dan sebagai hadiah, kubingkiskan bait-bait "Hujan Bulan Juni" Sapardi Djoko Damono, untuk kedua mempelai,
"
dirahasiakannya rintik rindunya
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
"
"
Kalian;
Satu almamater. Satu kepengurusan. Satu angkatan. Satu ruang kerja; bahkan hanya berjarak beberapa depa. Tapi selalu terjaga.
Maka,
Izinkan (mantan) manajer kalian ini takjub atas pribadi-pribadi yang selalu mampu menjaga hati, menyandarkan ketulusan dalam niatan suci, membentangkan masa depan bersama janji Allah yang pasti.
Semoga selalu;
penuh berkah, penuh bahagia, penuh doa.
Menjadi pasangan romantis puitis, menjadi penulis dengan karya buku yang hebat.
Tak lupa, segera kesampaian mimpi jalan-jalan ke luar negerinya, juga lancar perjalanan ke Yogya-nya esok. :)
Akhirnya,
Barakallahulaka wa baraka alaika wa jamaa bainakuma fii khair..
Untuk dua sahabat yang hebat; Astrid & Satria.
Selamat membuka lembaran baru; sehidup sesurga.
--Aamiin--
I Like it !
ReplyDeleteFurniture Rotan Sintetis
Terima kasih @merlina.
DeleteJadi jodoh itu hampir mirip belanja online yah, kalau klik, ketemuan, trus deal
ReplyDeleteBisa jadi. Tergantung kita mau milih caranya yang kayak mana. Hee
Delete